Semua ada setapaknya, dengan liku yang tak berbatas, dengan lebar yang tak terukur, dengan lubang yang tak terduga.
Namun niscaya ada penunjuknya.
Jiwa yang letih bukan memiliki arti jiwa yang sakit. Hanya sekedar terhimpit. Oleh naluri mengalah dan meringkuk dalam sempit. Namun hati senantiasa bisa berkelit, walaupun dalam kondisi tersulit.
Yakinlah! Bahwa semua yang sudah dilalui yakni fase penyempurnaan. Jiwa yang letih yakni jalan menuju kesempurnaan, alasannya capek yakni hasil dari kerja keras yang tak terkira untuk menjauhi ketidaksempurnaan.
Kawan, langkah kaki yang terseok bukanlah akhir. Mata yang berkunang bukanlah samir. Itu hanyalah ujian sebutir.
Yakinlah! bahwa jiwa yakni kekal, dan bernaung mimpi yakni awal.
Bermimpi senantiasa menghasilkan kita terjaga, akan cita yang senantiasa menyapa.
Tak berimajinasi memiliki arti tak bernyawa. Hanya menghadang serbuan nasib tanpa daya.
Sedangkan gagal yakni anak tangga; dan gagal yakni indikator otomatis dari Tuhan bahwa kita kian akrab dengan keberhasilan. Karena, kegagalan yakni penanda adanya usaha, dan ketidakgagalan yakni penanda miskinnya usaha.
Lihatlah, tangan mu masih terkepal! Bersiap untuk mendobrak ruang sesal.
Matamu masih berkilat cahaya! Berani untuk menantang tatapan luka.
Dan yakinlah........bahwa senantiasa ada jiwa yang menebar harum
senantiasa ada ruang yang membuatmu kagum
senantiasa ada pelajaran yang dapat terangkum
untuk membuatmu melangkah dalam senyum.....
Slo, Des 13 '10. Azmee.