Tentang Rel=Nofollow Dan Salah Kaprah Rel=Dofollow

 Salah satu komponen HTML yang paling banyak mempunyai atribut yaitu tag a  Tentang rel=nofollow dan Salah Kaprah rel=dofollow
Salah satu komponen HTML yang paling banyak mempunyai atribut yaitu tag a (<a></a>). Dua tahun yang kemudian saya pernah menyinggung sedikit beberapa atribut link di dalam HTML Link dan Atribut-atribut Pentingnya. Selain atribut-atribut esensial menyerupai href, title, target, dan rel, ada  atribut lain, yang juga dapat dipakai di banyak sekali tag HTML, menyerupai id, class, dan style (untuk menyatakan CSS/styling). Atribut-atribut styling usang sungguh jarang dipakai sehabis kehadiran CSS (color, width, height, align, dll).

Semua atribut pada tag HTML mempunyai fungsi:
1. Untuk menampilkan perintah/informasi terhadap browser
2. Untuk memberi keterangan meta terhadap robot crawler, menyerupai milik Yahoo, Bing, Google, dll.
3. Untuk memberi perintah/informasi terhadap proses script menyerupai javascript, PHP, dll.

Untuk meraih ketiga fungsi tersebut secara global, baik oleh browser, bot, dll, atribut atau properti gres mesti diajukan selaku microformat, yang diuji dan disetujui oleh W3C. Tanpa persetujuan, atribut dan properti yang diajukan tidak berfungsi, dan oleh alasannya yaitu itu tidak bisa digunakan. Ini yang menjadi landasan kita untuk obrolan atribut rel="nofollow" dan rel="dofollow" selanjutnya.

Atribut rel mempunyai banyak sekali properti, puluhan, di antaranya adalah external, tag, prefect, bookmark, help, dll. Anda dapat cek beberapa properti lazim atribut rel di sini. Kemudian timbul properti nofollow, dan yang baru-baru ini sedang populer yaitu properti author, me, dan publisher, yang dipakai oleh Google untuk mengkaitkan/validasi profil G+ penulis dengan halaman yang ditulisnya, guna menimbulkan snippet author di hasil pencarian.

Hakikat Rel="Nofollow"


<a href="https://ujianhidup10.blogspot.com/" rel="nofollow"></a>

Salah satu properti atribut rel yang cukup populer yaitu "nofollow". Penggunaannya kini sungguh luas. Bagaimana atribut ini dapat hadir? Tidak lain dan tidak bukan yaitu atas inisiatif Google, spesifiknya, atribut rel="nofollow" disarankan pada permulaan 2005 oleh Matt Cutts, yang di saat itu menjadi software engineer Google, dan seorang Blogger berjulukan komentar spam besar lengan berkuasa buruk terhadap komunitas blogging (blogosphere) sehingga penggunaan atribut ini sungguh dibutuhkan.

Masih pada tahun yang sama, Google memberitahu bahwa hyperlink yang mengandung atribut rel="nofollow" tidak akan besar lengan berkuasa pada PageRank link target. Dengan kata lain, atribut ini memberi arahan terhadap Googlebot untuk tidak "menghadiahkan" PageRank pada link yang dirujukkan oleh suatu halaman. Langkah ini dibarengi oleh Yahoo, dan bertahun-tahun kemudian, oleh Bing. Ask.com juga mengkonfirmasi penerapan yang serupa jauh bertahun-tahun belakangan. Namun demikian, masing-masing search engine mempunyai intepretasi berbeda-beda terhadap rel="nofollow", efeknya bervariatif, dan pastinya mempunyai tujuan sendiri-sendiri.  Penggunaan value nofollow  pada rel merupakan bahasa terhadap algoritma search engine, dalam hal ini yaitu robot crawler, untuk mengabaikan atau tidak mengikuti (no follow) suatu link dan tidak meneruskan PageRank dari halaman perujuk (pemberi backlink).

Perdebatan perihal kemunculan atribut gres ini cukup santer dan keras. Kebetulan pada waktu itu saya untuk pertama kalinya mengenal blogging dan mendengar sendiri obrolan hangat atribut rel="nofollow" itu, meski pada waktu itu belum sungguh-sungguh paham esensinya. Namun demikian, atribut ini tetap digunakan; pertama kali dipraktekkan pada Blogger, kemudian disusul oleh beberapa platform lainnya.

Meski penggunaan atribut ini memiliki kegunaan jelas, banyak webmaster yang bisa mengakalinya untuk menjalankan PageRank sculpting. Akhirnya, pada 15 Juni 2009, Matt Cutts memberitahu di blognya bahwa Googlebot tidak akan memperlakukan rel="nofollow" menyerupai sebelumnya untuk menyingkir dari kecurangan tersebut. Meskipun di saat ini, dengan pertolongan PHP dan atau JavaScript, kita dapat meniadakan atau menyembunyikan rel="nofollow" (obfuscation). Ini yang mendasari pemunculan plugin-plugin/modul (yang kemudian dinamakan selaku "dofollow") pada beberapa platform blog/website, yang hendak kita bicarakan nanti.

Kaprikornus telah sungguh terperinci sekarang. Kesimpulan sederhananya adalah:
1. Hyperlink tanpa atribut rel="nofollow" dibarengi dan meneruskan PageRank:
<a href="https://ujianhidup10.blogspot.com/"></a>
2. Hyperlink dengan atribut rel="nofollow" tidak dibarengi dan tidak meneruskan PageRank:
<a href="https://ujianhidup10.blogspot.com/" rel="nofollow"></a>


Kemunculan ungkapan Dofollow, Blog Dofollow, dan rel="dofollow"


Sejauh wawasan saya, ungkapan ini timbul karena nama plugin WordPress ciptaan Dennis yang berfungsi menghapus/menyembunyikan rel="nofollow". Kehadirannya, pada 2005 juga, yaitu selaku reaksi pada penggunaan rel="nofollow". Menurutnya, atribut ini tidak ada manfaatnya (Februari, 2005), selamanya dan hingga kapanpun juga komentar spam akan terus ada. Sampai di saat ini, plugin tersebut masih terus dikembangkan dan dipakai oleh blog-blog dofollow. Ya, namanya yaitu Do Follow Plugin. Perhatikan pada kata Do dan Follow. Secara bahasa, kata do (auxiliary) di depan kata kerja positif berfungsi untuk menegaskan kesungguhan, yang artinya yaitu "benar-benar mengikuti", selaku musuh dari kata no follow. Ini menyerupai mengucapkan kata "I love you" tetapi kemudian menegaskan pengutamaan kesungguhan, alhasil "I do love you". :)

Lantas, ungkapan "DoFollow" ini disesuaikan untuk menampilkan bahwa suatu blog tidak mengandung rel="nofollow" pada hyperlink komentarnya. Pandangan ini berubah menjadi gerakan perlawanan terhadap penggunaan rel="nofollow" yang tidak mereka setujui, dengan nama "Dofollow Movement". Blog-blog pengikut gerakan ini wajib mencantumkan label atau banner dofollow pada blognya. Pada simpulan 2005, banyak blog-blog mengikuti gerakan ini dan mengikis habis rel=nofollow" dari blognya.  Jadi, blog dofollow yaitu blog yang tidak menggunakan (menghapus) atribut rel="nofollow" pada link-link di blognya (setidaknya pada link komentar), bukan blog yang menggunakan rel="dofollow". Salah satu jargonnya yang paling populer yaitu "U Comment, I Follow".

Pada prosesnya, ini menguntungkan spammer untuk lebih ulet lagi mendapat backlink dari blog dofollow, sehingga lambat laun jumlah blog dofollow kian berkurang. Saya dahulu yaitu salah satu dari mereka yang mengikuti gerakan ini dan pernah mempunyai blog dofollow, baik di Blogger maupun WordPress (self-hosted). Buka-rahasia.blogspot.com dulu yaitu blog dofollow.

Kemunculan rel="dofollow"sebenarnya bersifat accidental. Dia hanyalah ungkapan atau nama yang dicantumkan untuk melawan rel="nofollow". Blog-blog dofollow mencantumkan goresan pena rel="dofollow" pada blognya selaku indikator, sama halnya dengan label "DoFollow". Artinya, atribut rel dan properti dofollow tersebut tidak sungguh-sungguh dipakai dalam hyperlink, melainkan hanya selaku simbol. Sinyalir kemunculan atribut rel="dofollow" pertama kali di dalam hyperlink yaitu dari direktori-direktori dan blog-blog yang khawatir apabila tag hyperlink yang mereka sediakan (sebagai reciprocal link atau pertukaran link) akan dibubuhi rel="nofollow" oleh pendaftar atau akseptor tukaran link blog, sehingga kemudian dibubuhkan rel="dofollow" sebagai warning agar link tersebut tidak diedit dan atau ditambahi rel="nofollow". 

Tidak ada pihak satupun yang mengusulkan, mengajukan, dan meminta persetujuan penggunaan rel="dofollow" pada W3C. Dan alasannya yaitu memang tidak pernah disarankan atau disetujui, maka tidak ada database satupun baik pada search engine, browser, maupun software pengolah script web yang memasukkan value properti dofollow ini. Artinya, properti dofollow tidak dipahami sama sekali.

Lalu, mengapa rel="dofollow" tidak mengalami duduk kendala di saat dibaca search engine dan browser, alias tidak ada error? Alasannya sederhana sekali, alasannya yaitu search engine dan browser tidak mengerti properti "dofollow", dan properti-properti microformat yang tidak dipahami diabaikan begitu saja. Karena tidak dipahami pada di saat proses membacanya, maka kemudian dilewati begitu saja. Artinya, link anda yang menggunakan atribut rel="dofollow" dianggap tidak mengandung atribut rel apapun. 

Analoginya menyerupai ini, anda menyertakan suatu komponen div di halaman blog dan menghiasnya dengan CSS. Katakanlah, anda menggunakan atribut class dan properti cssdiv (class="cssdiv"), kemudian menghasilkan .cssdiv lengkap dengan stylingnya di head atau file terpisah. Lalu, tanpa sengaja, anda keliru memberi nama properti di tag div. Jika sebaiknya yaitu <div class="cssdiv">, tetapi keliru menuliskan menjadi <div class="cssdivv">. Apa yang hendak terjadi? Karena browser tidak mendapatkan properti tersebut pada file CSS (tidak ada database), maka browser kemudian melalaikan pemrosesan styling pada div. Hasilnya, div tidak akan dihiasi apapun. Inilah yang terjadi pada rel="dofollow". Karena properti dofollow tidak dipahami maka tag link dianggap tidak mempunyai atribut rel, search engine mengabaikannya:
<a href="https://ujianhidup10.blogspot.com/" rel="dofollow"></a>
Sama saja dengan ini:
<a href="https://ujianhidup10.blogspot.com/"></a>
Nah, pertanyaannya, mengapa sibuk-sibuk menyertakan rel="dofollow"?

That's it and have a nice blogging, as always...

© Copyright 2013 - 'Til drop! Azmee @ buka-rahasia.blogspot.com. All rights reserved.

Related Posts